Cari di Sini
Senin, 25 November 2013
Manfaat SmartBird
Kandungan SmartBird meningkatkan konsentrasi dan daya ingat burung, memberi nutrisi pada otak, mengatasi lemah mental, mengatasi mental rusak, mengurangi stres, melindungi dari beragam penyakit, mempercepat penyembuhan dari sakit, sebagai antioksidan, antiinfeksi, antiracun, merevitalisasi pembuluh darah, penguat struktur jaringan organ dan meningkatkan stamina burung.
Sabtu, 23 November 2013
SmartBird Bantu Pemasteran Burung Kicau
SmartBird ternyata punya manfaat yang sangat luar biasa dan mujarab apabila dikonsumsi burung piaraan. SmartBird diramu dari herbal asli Indonesia yang selama ini dikenal sebagai obat untuk merevitalisasi tubuh dan pembuluh darah serta mampu memperkuat struktur jaringan tubuh. SmartBird dapat digunakan sebagai brain tonic atau obat anti lupa bagi burung piaraan Anda.
Herbal yang terkandung dalam SmartBird dapat meningkatkan IQ, kemampuan mental serta menanggulangi lemah mental pada burung piaraan. Di Australia herbal ini dibuat untuk obat (gotu kola) yang bermanfaat sebagai anti pikun.
Sebagai herbal berkhasiat obat, Centella asiatica yang terkandung dalam SmartBird telah dimanfaatkan oleh masyarakat India, Pakistan, Malaysia dan sebagian Eropa Timur sejak ribuan tahun lalu. Herbal ini dipercaya bisa meningkatkan ketahan tubuh, membersihkan darah, memperlancar air seni & menyembuhkan penyakit lepra serta TBC.
Sebetulnya masih banyak manfaat yang terkandung dalam tanaman herbal tersebut. Kini, BurungGacor.com meramu herbal itu untuk burung piaraan Anda dalam SmartBird. SmartBird diramu khusus sehingga dapat lebih mudah digunakan oleh para kicaumania untuk merawat burung piaraannya.
SmartBird hanya Rp15.000 berbentuk ekstrak herbal.
Kami dapat mengirimkan ke alamat Anda.
Untuk mendapatkannya silahkan hubungi 081288851177
PRODUK BURUNGGACOR.COM
Mengambil Khasiat Alam untuk Burung
SmartBird mengambil khasiat herbal yang memiliki kandungan asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol, centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine, tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside merupakan antilepra dan penyembuh luka yang sangat luar biasa.
Khasiat Herbal SmartBird
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, efek farmakologi utama dari herbal yang diramu dalam SmartBird ini berasal dari kandungan glikosida triterpenoida yaitu Asiaticoside yang berfungsi meningkatkan perbaikan dan penguatan sel-sel kulit, stimulasi pertumbuhan kuku, rambut, dan jaringan ikat, meningkatkan perkembangan pembuluh darah serta menjaganya dalam jaringan penghubung (connective tissue),
Rabu, 20 November 2013
Kandungan Berkhasiat SmartBird
Salah satu herbal berkhasiat yang terkandung dalam SmartBird ialah Centella asiatica. Dalam buku Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid I (Prof. H. M. Hembing Wijaya, 1992) dikatakan bahwa sifat kimiawi Centella asiatica berasa manis dan sejuk dengan efek farmakologis sebagai antiinfeksi, pembersih darah (antitoxic), penurun panas/pereda demam (antipiretik), peluruh kencing (diuretik), menghentikan pendarahan (haemostatika), anti inflamasi, anti bakteri, tonik, antispasma, hipotensif, antialergi dan stimulant, pelancar peredaran darah terutama meningkatkan sirkulasi darah pada lengan dan kaki, mencegah varises dan salah urat.
SmartBird Herbal Nutrisi Otak untuk Burung Anda
Kekayaan rempah di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Salah satunya tanaman herbal yang diekstrak dalam SmartBird yang bermanfaat bagi burung piaraan Anda.
Salah satu herbal yang digunakan dalam SmartBird adalah Centella asiatica yang merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh di perkebunan, tepi jalan, pematang sawah ataupun di ladang yang agak basah. Tanaman ini banyak ditemukan dengan warna merah dan hijau.
“Centella asiatica adalah sejenis tanaman herbal atau tanaman rempah dengan banyak manfaatnya,” ujar peneliti tanaman obat dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Latifah K Darusman MS.
Bisa dikatakan, tanaman herbal yang tumbuh di Indonesia ini banyak dimanfaatkan untuk kesehatan bagi penduduk setempat. “Sudah banyak orang yang mengetahui bahwa tanaman herbal ini bisa dimanfaatkan selain untuk masakan, juga untuk kesehatan,” ucap Latifah yang juga menjabat sebagai kepala Pusat Studi Biofarmaka IPB.
Dia mengatakan, manfaat kesehatan yang bisa diberikan dari tanaman ini di antaranya menangkal penyakit lepra, campak, hepatitis, demam, radang amandel, keracunan logam berat, muntah darah, wasir, dan cacingan.
Selain itu, mahasiswi tingkat lima IPB, Ine Wasillah menyebutkan Centella asiatica memang sangat bermanfaat untuk kesehatan. “Banyak penelitian yang menyatakan Centella asiatica mempunyai banyak manfaat kesehatan, terutama di luar negeri. Misalnya di Afrika, Centella asiatica ini bisa digunakan untuk menyembuhkan sifilis,” tutur Ine yang juga telah melakukan penelitian.
SmartBird mengandung berbagai senyawa berkhasiat obat seperti asiatikosida (triterpenoids), karotenoids, dan garam-garam mineral bermanfaat. Triterpenoids yaitu antioksidan sebagai penangkap radikal bebas yang dapat mematikan sel-sel otak dan merevitalisasi pembuluh darah.
Vitamin yang berfungsi untuk meningkatkan stamina dan vitalitas serta sebagai antioksidan yang membantu dalam perkembangan sel-sel otak. Selain itu garam-garam mineral sebagai pembentuk sel darah merah (zat besi) yang berfungsi dalam mylenisasi otak dan peningkatan daya konsentrasi.
“Walaupun di Indonesia masyarakatnya banyak menggunakan tanaman untuk alternatif penyembuhan penyakit secara tradisional, masih sedikit sekali yang tahu manfaat dari tanaman Centella asiatica ini. Ini karena tanaman ini digunakan sebatas untuk lalapan saja, atau dibiarkan tumbuh menjalar menjadi tanaman liar,” jelas Ine.
Selain itu, Ine juga mengatakan manfaat Centella asiatica penting untuk nutrisi otak. “Pegagan mengandung beberapa komponen bioaktif seperti terpenoid, steroid (triterpenoid), dan bahan-bahan aktif lainnya yang dapat meningkatkan kemampuan otak pada manusia,” jelasnya.
Sementara itu, Latifah juga mengatakan, Centella asiatica bagus sekali untuk meningkatkan daya ingat dan mengandung aktivitas oksidan yang cukup baik sehingga berkaitan erat dengan ketahanan tubuh. “Manfaat ini sudah berdasarkan pada hasil penelitian, dan ada fakta ilmiahnya,” ujar dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB itu.
BurungGacor.com kemudian menerapkan penggunaan herbal ini untuk burung kicau dan binatang piaraan lainnya hingga melahirkan produk baru SmartBird. Dengan mengonsumsi SmartBird, burung kicau akan mendapat asupan nutrisi otak yang penting bagi burung sehingga burung bisa cepat menangkap suara burung masteran, tidak mudah stres, dan memiliki stamina yang kuat di berbagai kondisi.
Karena memang herbal yang diramu dalam SmartBird mengandung nutrisi yang berfungsi untuk meningkatkan stamina dan vitalitas serta sebagai antioksidan yang membantu dalam perkembangan sel-sel otak. Selain itu garam-garam mineral sebagai pembentuk sel darah merah (zat besi) yang berfungsi dalam mylenisasi otak dan peningkatan daya konsentrasi burung.
SmartBird hanya Rp 15.000 dengan bentuk ekstrak herbal dengan berat bersih 10 gram.
Untuk mendapatkan SmartBird, silahkan hubungi 081288851177
PRODUK BURUNGGACOR.COM
Minggu, 18 Agustus 2013
Selasa, 29 Januari 2013
Jenis-jenis Cucak Rawa di Indonesia
Suara kicauan Cucak Rawa yang berkualitas memiliki beberapa kriteria, salah satu syarat tersebut terletak pada kemurnian suaranya. Ibarat benda seni, keorisinilannyalah yang memiliki nilai jual yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan, Cucak Rawa memiliki kemampuan untuk menirukan suara-suara tertentu, termasuk kicauan burung yang lainnya.
Oleh karenanya, jangan memelihara burung yang suaranya bisa ditirukan oleh Cucak Rawa. Perawatan Cucak Rawa yang baik dapat memperpanjang usianya namun seiring usia Cucak Rawa yang bertambah (diatas 10 tahun) maka secara berangsur-angsur pula daya tahan tubuh serta kicauannya akan menurun kualitasnya. Namun jangan kuatir, hal tersebut diatas dapat dihambat dengan pemberian makanan yang variatif serta perawatan yang baik.
Selama ini, Cucak Rawa yang berasal dari medan lebih populer dibandingkan dengan Cucak Rawa yang berasal dari daerah lain. Hal ini disebabkan karena sejak dahulu Cucak Rawa asal medan ini yang selalu membanjiri pasaran.dalam banyak hal, Cucak Rawa asal medan dapat dikatakan lebih baik, namun kecepatan suaranya masih kalah bila dibanding dengan Cucak Rawa asal daerah lain, terutama yang berasal dari lampung dan sumatera selatan. Hal ini masih belum begitu dipahami oleh kebanyakan para penggemar Cucak Rawa.
Bila ditinjau dari segi alam, maka, Iklim, kesuburan tanah, ketinggian dari permukaan laut serta vegetasi di negara kita sangat beraneka ragam. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat menyebabkan perbedaan ukuran fisik, warna bulu maupun kualitas suara Cucak Rawa. demikian halnya, selain karakter bawaan dari burung, pola perawatan turut berperan dalam menentukan kulitas Cucak Rawa Ini Kelak. Ada satu catatan, makanan alami yang tiap hari dikonsumsi oleh Cucak Rawa dapat berefek pula terhadap kualitas suaranya.
Mengukur kualitas suara kicauan bukanlah suatu perkara mudah, karena ukuran/kriterianya akan berbeda pada tiaporang/kembali ke selera masing-masing. Sebagai salah satu contoh, murai batu asal medan lebih mengandalkan volume dan variasi dalam berkicau. Sedangkan Murai Batu Asal Lampung Lebih Mengandalkan speed atau kecepatan serta gayanya yang atraktif. Demikian halnya pula dengan Cucak Rawa, ada yang bagus di volume, variasi, speed/kecepatannya dll.
barikut jenis-Jenis Cucak Rawa Berdasarkan Daerah Asalnya :
1. Cucak Rawa Medan
Ketenaran Cucakrawa daerah ini tidak hanya dari suaranya, tetpi dari ukuran tubuhnya pula. Daerah ini memiliki Hutan berawa-rawa yang luas dan tidak terlalu jauh dari pantai sehingga udaranya lumayan panas. Jadi pohon yang tumbuh disekitar tempat ini tidaklah terlalu tinggi.
a. Ciri-ciri
ukuran tubuhnya besar sehingga bila dipegang terasa padat dan agak keras. Walaupun baru ditangkap dari alam bebas, warna bulunya cenderung seperti burung yang telah lama dipelihara, yaitu hijau keabu-abuan sedikit kecoklatan dan tampak bersih.
b. kualitas suara
rata-rata memiliki suara kicauan yang baik, bervariasi serta mepunyai volume suara tang cukup besar. Namun kelemahannya adalah kurang didukung lengkingan suara atau jeritan, sehinga suaranya terkesan berat namun kurang tebal. Bila diamati, kicauannya cenderung nggambang/mengambang. Selain itu, kicauannya kurang bisa dibawakan secara cepat.
2. Cucak Rawa Aceh
Cucak Rawa asal aceh ini banyak dikenal sebagai Cucak Rawa asal medan. Tetapi, para penggemar yang senior dapat mebedakan antara Cucak Rawa Medan dengan Cucak Rawa Aceh.
a. Ciri-Ciri
Cucak Rawa asal daerah ini, ukuran tubuhnya sebesar Cucak Rawa medan namun perbedaannya terletak pada bulunya, yakni warna hijaunya lebih menonjol dari asal medan.
b. kualitas suara
kualitas suaranya tidak jauh berbeda dengan Cucak Rawa asal medan. Hal ini disebabkan karena daerah langkat dan aceh hanya dipisahkan oleh sungai Besitang.
3. Cucak Rawa lampung
Kondisi alam daerah lampung umumnya berbukit dengan hutan-hutannya yang tergolong berpohon tinggi. Hutannya pun tergolong hutan terbuka dalam bentangan yang luas. Walaupun termasuk dtaran tinggi, daerah ini tergolong berudara cukup panas.
a. ciri-ciri
Cucak Rawa asal lampung ini memiliki warna bulu yang hampir tidak jauh berbeda dengan daerah medan. Tetapi ukuran badannya sedikit berbeda. Cucak Rawa asal lampung memiliki badan yang agak pendek walaupun besar badannya hampir sama dengan Cucak Rawa medan. Namun demikian, Cucak Rawa asal daerah ini memiliki fisik yang kekar, berdada bidang serta tulang sayap yang lebih kokoh bila dibandingkan dengan Cucak Rawa Medan. Hal ini lebih disebabkan oleh faktor alam/lingkungan sekitarnya.
b. kualitas suara
suara nya tidak sekeras asal medan, namun kicauannya lebih tajam dengan sedikit variasi yang lebih sedikit dibanding asal medan. namun Cucak Rawa dari daerah ini mampu membawakan nyanyiannya dalam speed yang baik dan cepat.
4. Cucak Rawa Sumsel, Jambi dan Riau daratan
Daerah ini tergolong berhutan lebat dan berawa-rawa luas.
a. ciri-ciri
hampir sama seperti asal lampung, namun perbedaannya terletak pada bagian dadanya yang kurang bidang.
b. kualitas suara
hampir sama dengan lampung hanya saja dengan volume lebih kecil sedikit bila dibandingkan lampung.
5. Cucak Rawa Kalimantan
Pada saat ini, yang banyak membanjiri pasaran adalah Cucak Rawa yang berasal dari daerah ini.
a. ciri-ciri
warnanya kurang hijau bila dibandingkan Cucak Rawa asal sumatera demikian pula ukuran badannya. Ukurab badannya tidaklah sebesar Cucak Rawa Sumatera.
b. Kualitas Suara
Cucak Rawa asal kalimantan ini tidaklah sebaik Cucak Rawa asal Sumatera. Kebanyakan tempo kicauannya sedikit lambat serta kurang keras dan kurang tebal. Kebanyakan, para penggemar Cucak Rawa menyatakan bahwa Cucak Rawa kalimantan ini bersuara tipis dan kurang tajam.
Senin, 28 Januari 2013
Trik Memilih Cucak Rawa Berkualitas
Secara umum memilih burung adalah pada prinsipnya adalah sama, apakah
anakan itu berasal dari muda hutan maupun dari hasil breeding, sebab
dipasaran keduanya selalu ada. Keduanya memiliki keuntungdan dan
kerugian tersendiri, biasanya kalo dari muda hutan relatif lebih sulit
dijinakkan, akan tetapi terkadang memiliki suara yang asli bawaan dari
lingkungan di habitatnya, sedangkan kalo dari hasil breeding biasanya
lebih mudah jinak akan tetapi terkadang tidak memiliki suara khas yang
ada bila kita tidak melakukan pemasteran yang baik.
Tetapi sebaiknya
pemilihan bakalan yang baik adalah bakalan yang di dapat dari hutan yang
memang masih liar dengan harapan akan mendapatkan kualitas suara yang
bagus serta memiliki kecenderungan yang roppel, tentu saja hal tersebut
haruslah di barengi dengan perawatan yang baik, sabar serta telaten.
Yang tersedia di pasaran terbagi 2 golongan besar, yaitu tangkapan liar dan hasil penangkaran. Perbedannya terletak pada :
1. Cucak Rawa Tangkapan Liar
Merupakan tangkapan dari alam bebas, dibagi dalam 3 golongan :
a. Cucak Rawa anakan
umumnya manja dan makannya masih disuapi. Kalau melihat orang biasanya menggetarkan sayapnya serta
umumnya manja dan makannya masih disuapi. Kalau melihat orang biasanya menggetarkan sayapnya serta
Ada anggapan bahwa anakan tangkapan liar ini lebih baik dibandingkan hasil penangkaran. Pendapat ini tidak mutlak benar. Kualitas suara kelak akan lebih dipengaruhi oleh prawatan yang baik (asupan gizi dan Pemasteran)
b. Cucak Rawa Muda Hutan
Cucak Rawa muda/remaja dari hasil tangkapan liar disebut sebagai Cucak Rawa muda hutan.
Ciri-cirinya sebagai berikut :
1) warna kepala baian atas keputih-putihan
2) paruh berwarna ke abu-abuan
3) mata berwarna hitam keabu-abuan *dewasa mulai usia 7 bulan mulai berwarna merah atau kemerah-merahan*
4) kaki warna hitam keabu-abuan
c. Cucak Rawa Dewasa
tergolong sukar dijinakkan, liar dan sulit beradaptasi dengan lingkungan barunya. Secara umum bulu Cucak Rawa dewasa terlihat kasar dan cenderung lebih cerah.
Kebanyakan amanakala dipelihara akan banyak masalah hal ini lebih disebabkan karena cara perawatan yang kurang tepat serta dari karakter burung itu sendiri. Tidak jarang pula kondisi fisiknya rusak, terutama bulu ekor patah, tumbuh tidak sempurna, dan bahkan tidak jarang pula yang bulu ekornya sulit tumbuh kembali. *lazimnya disebut sebagai kasus tabrak ekor*
Tetap dibagi dalam 3 fase diatas, namun Cucak Rawa hasil tangkaran lebih jinak dan cenderung lebih mudah dibentuk karakternya. Hal ini tidaklah mengherankan karena Cucak Rawa hasil tangkaran ini sudah biasa hidup berdampingan dengan manusia.
Mencirikan bakalan Cucak Rawa yang baik
1. teliti kesehatannya
Hal ini sangat penting mengingat burung tangkapan alam didatangkan dari jauh (luar Jawa)
Ciri-ciri yang sehat :
1) burung aktif bergerak
2) makan dengan lahap
3) tidak ada luka/bekas luka di badannya, terutama mata, paruh, kaki dan pada bagian bawah sayap (pangkal paha, Pangkal Sayap) serta punggung.
4) Sayap mengepit rapat
5) Tidak ngeruji/menabrakkan kepala ke jeruji sangkar
Ciri-ciri yang kurang sehat
Kebalikan dari burung yang sehat serta :
1) tidak mau bertengger di tangkringan
2) bulu burung mengembang
2. kemampuan berkicau
Kemampuan burung untuk berkicau tidaklah sama. Berdasarkan bentuk paruhnya dan kokokrannya, kita dapat mengukur kualitas suaranya. Namun hal ini tidak mutlak bilamana tidak disertai dengan perawatan yang baik.
Karena ada pula bakalan yang secara sisi ciri-ciri kurang baik, namun dengan adanya perawatan yg baik dapat diandalkan kicauannya.
a. mengukur dari kokrookan
kokrokan adalah ciri khas Cucak Rawa. Setiap melompat, bergerak atau menghindari sesuatu, dia akan menyuarakan kokrokan ini. kokrokan yang besar, keras dan rajin adalah ciri-ciri bakalan yang baik.
b. bentuk paruh
paruh pada setiapkicauan dapat menjadi tolok ukur kerajinan dan ketajaman suaranya. Demikian halnya pula dengan Cucak Rawa
1) paruh panjang, tidak terlalu tebal memiliki ketajaman suara yang baik dan rajin berkicau
2) paruh panjang dan agak tebal memiliki suara keras dan berat namun kurang lepas dan terkesan tertahan
3) paruh pendek dan agak tebal biasanya kurang rajin berkicau tetapi suaranya tebal
4) paruh pendek tipis kurang rajin berkicau dan tipis suaranya
cara yang benar membawa Cucak Rawa
alat yang paling baik adalah besek atau kardus yang sudah dilubangi. sebelum dikemas, 2 atau 3 hari sebelum perjalanan sebaiknya diberikan obat anti stress yang banyak tersedia di pasaran. Jauhkan dari mesin mobil maupun AC. 1 kotak/besek adalah untuk 1 burung.
Setelah sampai tujuan, masukkan sangkar dan gantungkan sangkar di tempat teduh serta jauh dari gangguan, ataupun juga bisa dengan meletakkan sangkarnya diatas rerumputan. Bilamana memungkinkan, segera berikan makanan alami agar kondisinya segera pulih kembali.
Asal muasal Cucak Rawa memang selalu menjadi polemik, dalam artian bahwa orang cenderung mengatakan Cucak Rawa Medan adalah bagus, tetapi kita tidak seharusnya berkiblat pada hal tersebut. Sebab pada kenyataannya bukan asal-muasal yang berpengaruh tetapi memang dasar suara yang dimilikinya bagus atau tidak, maka seharusnya dengan dasar suara inilah kita seharusnya bepedoman untuk menentukan bahwa Cucak Rawa itu berkualitas atau tidaknya. Secara umum tidak ada perbedaan volume, mental dan jenis suara yang didasarkan oleh asal daerah/habitat. Cucak Rawa Sumatera dan Kalimantan ada yang bermental bagus volume dahsyat, ada yang bersuara tipis, ada yang ropel dan ada yang bersuara biasa saja. Secara fisik, Cucak Rawa daerah sumatera relatif lebih besar ketimbang dari pulau lain. Meski demikian, secara umum bodi Cucak Rawa di Kalimantan yang masuk wilayah Malaysia, bertubuh bongsor seperti Cucak Rawa Sumatera.
Sebagai sedikit ilustrasi maka ciri fisik yang bagus adalah :
1. Bentuk kepala agak bulat dan besar, dahi menonjol.
2. Paruh, panjang, tebal dan kuat.
3. Lubang hidung tidak lebar, terlihat kecil karena tertutup atau terlindung bulu hidung.
4. Leher panjang dan pangkal leher agak mengembang.
5. Dada bidang,punggung agak bongkok.
6. Tulang paha kiri dan kanan agak merapat.
7. Jari kaki kuat dan panjang, cengkraman sempurna.
8. Badan berukuran besar dan panjang.
9. Bulu sayap panjang, bulu dada terlihat lembut dan tampak mengkilap.
10. Bulu ekor panjang dan mengumpul, makin ke ujung makin runcing dan mengecil.
Catatan :
Ilustrasi di atas di dapat dari proses pembandingan antara Cucak Rawa yang bagus dan Cucak Rawa biasa, jadi bila kita tidak pernah melihat Cucak Rawa yang bagus, tentulah sangat sulit bagi kita untuk menerapkan hal tersebut.
Tingkatan Suara Cucak Rawa
Perlu diingat, tolok ukur tiap penggemar Cucak Rawa dalam memandang
kualitas sangatlah berbeda. Bahkan para juri kontes cucakrawa pun
memiliki pandangan yang berbeda pula dalam mengukur kualitas suara Cucak
Rawa
Bila kita jeli, tiap Cucak Rawa menyenandungkan kicauan
yang berbeda. Baik dari segi tempo, irama dll. Para juri kontes punya
andil yang besar dalam menentukan kualitas suara Cucak Rawa yang
kemudian menyebar melalui para penggemar dari mulut ke mulut untuk
kemudian pula akhirnya menjadi style atau trend suara Cucak Rawa.
Berikut tingkatan suara Cucak Rawa :
a. Gedongan
Adalah kualitas yang menempati grade terendah. Disebut gedongan atau
ngingklung (berasal dari kata ngelingkung/lingkungan) karena sudah tidak
seperti umumnya Cucak Rawa yang harus memiliki suara alam/hutan/murni.
Jadi terkesan seperti kicauan yang umum/sering kita jumpai. Biasanya
Cucak Rawa gedongan ini hanya sebagai pajangan saja (sebagai penanda
status sosial) sehingga perawatannya kurang baik dan kurang
terperhatikan. sedangkan suaranya sudah sangat terkontaminasi lingkungan
sekitarnya. Mulai dari menirukan suara burung jenis lain, ataupun
suara-suara yang sering terdengar di lingkungannya. Kicauannya lambat
dan kurang jernih serta jarang terdengar kicauannya. Biasanya burung
gedongan ini adalah burung betina yang kurang terperhatikan rawatannya.
b. Engkel
Disebut juga ngengkel, secara kualitas lebih baik dari gedongan karena
masih tetap memiliki suara khas Cucak Rawa, namun suaranya kurang tebal,
mengambang atau kurang memiliki tekanan suara dalam, lambat temponya.
Peningkatan kualitas jenis suara ini hanya bisa sampai tahap engkel
panjang. Biasanya suara ini lebih banyak dimiliki oleh Cucak Rawa jantan
asal kalimantan yang salah perawatan.
c. Engkel panjang/engkel ngelagu
Sebenarnya kualitasnya sudah tergolong sukup baik. Cucak Rawa ini rajin
berkicau, namun seringkali hanya menonjolkan variasi-variasi panjangnya
saja dan jarang berkicau dengan irama yang cepat. Biasanya dimiliki
oleh Cucak Rawa jantan asal medan, sumsel dan jambi yang salah
perawatan.
d. Semi Roppel/Semi Rovel
Kecepatan suaranya lebih sering terdengar, namun masih terdapat
celah/selah atau jarak antar variasinya masih ada lubang. Selah pada
lubang tersebut ada kemungkinan terisi suara burung Cucak Rawa yang
lain. Sehingga mengesankan berpasangan.
Cucak Rawa asal sumsel, jambi dan aceh yang perawatannya baik dapat mencapai kualitas ini
e. double slah (dari asal kata celah) (istilah/trend baru)
Istilah ini kurang populer dan dapat dikatakan baru. Tingkatan suara
ini tergolong baik, speednya dibawakan lebih sering akan tetapi masih
terdapat celah yang memungkinkan suara Cucak Rawa lain mengikutinya.
Biasanya, suara ini dimiliki Cucakrawa jantan asal lampung, sumsel dan
jambi. Juga banyak dimiliki Cucak Rawa betina sal medan namun dlam tempo
yang sedikit lambat.
f. Roppel/rovel/ngropel
Istilah roppel/rovel/ngropel istilah asalnya belum jelas, mungkin bisa
diambil dari istilah rope/tali atau roll yang berarti bergulung. Suara
jenis ini memang bercirikan suara yang panjang dan bergulung-gulung
seakan tidak memiliki jarak, tidak ada celah/slah diantara tiap untaian
iramanya serta terdengar bervolume besar dan keras.
Suara ini banyak dimiliki oleh Cucak Rawa betina asal medan dan Cucak Rawa jantan asal lampung.
Cucak Rawa betina roppel umumnya lebih berkualitas bila dibandingkan
dengan jantan. Hal ini disebabkan Cucak Rawa betina akan meropelkan
secara murni sementara jantan walaupun ropel, namun masih mau
mengicaukan suara jenis lain sehingga nadanya terdengar kurang murni.
Adapun kelemahan Cucak Rawa betina kurang rajin berkicau bila
dibandingkan dengan yang jantan. Terlebih bilamana yang jantan ini
terpancing oleh suara burung pendampingnya, Cucak Rawa lain ataupun
dalam kondisi birahi.
Perkembangan Cucak Rawa di Indonesia
Cucak Rawa dii Indonesia terdapat sekitar 27 jenis, terutama terkonsentrasi penyebarannya di Indonesia bagian barat. Hanya dua spesies yang menyebar jauh hingga ke Sulawesi Selatan, salah satunya juga didapati di Lombok. Namun keduanya diduga menyebar karena dibawa manusia (feral, burung lepasan yang kemudian berbiak). Akan tetapi anehnya ada satu jenis anggota suku ini yang menyebar terbatas (endemik) di pulau-pulau sekitar Sulawesi dan Maluku, yakni Brinji emas (Alophoixus (Hypsipetes) affinis). Bahkan karena hidup di wilayah kepulauan yang terisolir satu sama lain selama jutaan tahun, spesies ini telah berkembang menjadi sembilan subspesies yang berbeda. Beberapa contoh anggota suku merbah ini selain cucak rawa (Pycnonotus zeylanicus) adalah Cucak kuning (P. melanicterus), Cucak kutilang (P. aurigaster), Cucak gunung (P bimaculatus), Merbah cerukcuk (P. goiavier), Merbah belukar (P. plumosus) dan Empuloh janggut (Alophoixus bres).
Cucak Rawa Merupakan salah satu
burung yang sangat digemari orang sebagai burung peliharaan, karena
kicauannya yang merdu. Di Jawa, burung ini sudah sangat jauh menyusut
populasinya karena perburuan yang ramai sejak tahun '80an.
Burung-burung yang kini diperdagangkan kebanyakan berasal dari Sumatra
dan Kalimantan. Saat ini di banyak bagian Pulau Sumatra (misalnya di
Jambi, di sepanjang Batang Bungo)pun populasinya terus menyusut. Collar
dkk. (1994, dalam MacKinnon dkk. 2000) menggolongkan populasi Cucak Rawa
ke dalam status rentan. Demikian pula IUCN menyatakan bahwa burung ini
berstatus Rentan (VU, Vulnerable). Uraian status konservasi yang lebih
rinci dapat dilihat pada situs IUCN. Jika tidak ada langkah penyelamatan
yang lebih baik dari sekarang, barangkali beberapa tahun ke depan
burung ini hanya akan tinggal kenangan dan hanya tinggal disebut-sebut
dalam nyanyian seperti dalam lagu Manuk Cucakrowo di Jawa.
Klang-klung-kliuk… klang–klung–kliuk” Kicauan burung Cucak Rawa mengalun
merdu. Gema suaranya yang terdengar hingga jarak 300-an meter
memecahkan keheningan di pagi hari yang sejuk. Lelah setelah pulang
kerjapun bisa hilang saat mendengar kicau burung di rumah. Bagi pencinta
Cucak Rawa memelihara burung ini dan menikmati kicauannya dapat memberi
ketenteraman batin. Apalagi, burung ini konon kabarnya menjadi
klangenan para raja-raja di Jawa dan sampai saat ini masih dianggap bisa
menaikkan gengsi bagi pemiliknya.
Para penggemar fanatik Cucak
Rawa biasanya mencari Cucak Rawa yang mepunyai kicauan roppel, yaitu
kicauan yang panjang-bergulung, nadanya bervariasi, seperti ocehan
dua-tiga burung yang digabung menjadi satu. Tetapi, suara semi roppel
(agak roppel) dan engkel (hanya ”klang-kling-klung”) saja juga sudah
cukup disenangi bagi sebagian kalangan.
Ilmu Rahasia Pesugihan Cucak Rawa!
Meski ada pemodal
kelimpungan ketika ikut-ikutan mencoba beternak cucakrowo namun ada saja
breeder yang tersenyum lantaran modal yang dikeluarkan relatif sedikit tetapi
hasilnya berlipat-lipat.
Beternak cucakrawa, tidak
semata butuh modal besar. Pemahaman mendalam tentang fisiologi dan psikologis
cucakrawa juga bisa menjadi kunci keberhasilan. Karena, sesungguhnya sukses dan
gagalnya seorang peternak terletak pada kemampuan rnemaharni perilaku dan
bagaimana memperlakukannya.
"Yang saya ketahui
selama ini, indukan cucakrawa suka ngambul atau ngambek," terang Agung
Setiadi, pemilik Delie BF Lovina Singaraja.
Karakter itu tidak
terlepas dari indukan yang hampir sebagian dari hasil tangkaran. Watak jinak
dan manja menimbulkan sifat sensitif pada situasi berbeda. Baik disebabkan
keterlambatan membenikan makanan, kedatangan hewan predator, kaget akibat suara
keras secara mendadak, dikagetkan benda-benda asing yang jatuh ke bagian
kandang atau orang tidak dikenal.
Akibatnya, lanjut Agung
Setiadi, bisa berbuntut rnembuang telur, tidak mau ngeloloh, atau birahinya
hilang. Itu bisa terjadi berbulan-bulan. Cucakrawa tidak bisa diperlakukan
seperti indukan ayam atau burung lain.
Indukan yang rata-rata
dari burung tetasan kandang cenderung jinak sehingga jika bertemu orang
langsung mendekat. lnilah yang justru menjadi perhatian peternak agar
mempróteksi kandangnya. Minimal, hanya yang biasa memberikan pakan yang boleh
masuk kandang.
Melihat orang baru
cenderung indukan akan menyerang atau berbunyi sehingga akan memancing
indukan-indukan lain ikut bersahutan dan turun dari sarang.
Patut juga dipahami,
indukan tidak serta merta akan berproduksi setelah dibeli dan peternak lain
meskipun jebol kandang. Pasalnya di lokasi baru indukan butuh penyesuaian
lingkungan atau akan bisa stress.
Penangkaran cucakrowo Nik BF |
Begitu juga ketika
memasangkan indukan tidak selamanya mulus. Terkadang tidak mau jodoh padahal
sudah jantan betina dan produktif, atau bisa juga punya jenis kelamin yang
sama.
“Kalau dipaksakan akan lama,” papar Agung yang
kini mengandangkan 10 pasang indukan.
Dan pengalaman Wayan
Sumiartha, peternak cucakrowo 14 kandang asal Mengwi bercincin D’Yan BF,
indukan rata-rata produksi 40 persen per bulan dalam situasi normal. Misalnya
10 kandang hanya produksi 4 pasang anakan berarti mampu meraup Rp 18 juta jika
Rp 4,5 juta per pasang umur 2,5 bulan.
Tetapi persentase
produksi bisa ditingkatkan asalkan peternak sanggup untuk memperlakukan
sebik-baiknya.
Cuma, kondisi lingkungan
di rumah terkadang tidak memungkinkan sehingga seringkali indukan mengalami
stress misalnya dikagetkan oleh suara kembang api dari tetangga.
“Kalau sungguh-sungguh
dengan perlakuan dan proteksi terhadap lingkungan hasilnya bisa lebih baik,”
kata D’Yan seraya menambahkan permintaan akan anakan cucakrowo di Bali terus
meningkat.
INDUKAN ALAM LEBIH PRODUKTIF?
Bermula dan sepasang
indukan alam, Wayan Sumada alias Pak Nik, secara berturut-turut memproduksi 57
ekor anakan cucakrawa. Setelah melihat peminatnya banyak dan harganya relatif
stabil, Nik menambah satu kandang lagi dan hasilnyajuga bagus hingga akhirnya
menambah menjadi enam kandang pertengahan 2000-an.
Keberhasilannya
mengembangkan indukan dari alam, relatif memuluskan jalannya sebagai penangkar
jenis ini. Selama menggunakan indukan alam, Nik mengakui nyaris tidak pernah
mengalami kendala berarti.
Nik juga mengakui,
lancarnya produksi indukan itu juga ditunjang pemberian pakan dan alam seperti
jangkrik alam atau bering. Saat itu selain indukan produksi lancar anakannya
juga tidak pernah mati meski dibiarkan sampai besar di kandang.
Kini, setelah indukan
sudah mulai digantikan dan anakan sendiri atau produk peternak lain, sirkulasi
produksinya cenderung menurun. Kendala pun mulai dirasakan seperti buang telor,
induk tidak mau ngeram dan anakan sakit.
"Sekarang yang saya
rasakan, anakan mudah terserang sakit dan seringkali cacat dan juga mudah patah
tulang,” terang Pak Nik yang meyakini indukan asal alam lebih produktif dan
minim kendala.
Peternak dari Jalan A
Yani Denpasar ini juga menduga, pakan kurang berkualitas juga menjadi faktor
munculnya kendala. Apalagi ia banyak menemui para penangkar tidak memiliki
rekapitulasi yang baik tentang indukan mereka. Sehingga banyak indukan yang
tidak memiliki kejelasan keturunannya.
Kemungkinan sepasang
indukan ada hubungan darah terlalu dekat juga bisa relatif besar terjadi.
Akibatnya akan menyebabkan kelemahan fisik pada anakannya.
“Tetapi itu baru dugaan.
Yang memperkuat dugaan ini bisa dilihat dari tanda-tanda kesulitan produksi hampir
dialami oleh semua peternak,” kata Nik seraya menambahkan bisa juga oleh faktor
alam, di mana fluktuatif cuaca akan berpengauh besar pada indukan di dalam
kandang yang monoton.
Ketika memulai beternak
cucakrowo, Wayan Sumada alias Pak Nik tidak ada maksud untuk menjualbelikan
anakannya. Pasalnya ia beternak karena ingin mempunyai anak cucak rowo juara
untuk bisa dipakai main. Lantaran kala itu sulit mendapatkan cucak rowo yang
berkualitas lomba.
“Saya coba ternak burung
juara yang sudah tidak bisa dipakai main. Eh ternyata mudah sekali,” aku Pak
Nik.
Untuk antisipasi cuaca
dan memperkuat fisilogi indukan, Nik sengaja membuat kandang berukuran besar
2,5 x 3 meter. Untuk menambah kesan asri, di dalam kandang dan luar ditumbuhi
tanaman rindang, agar bisa menciptakan hawa sejuk.
Mengungkap Rahasia Beternak Cucak Rawa
Sebelum penangkaran Cucak Rawa
dimulai, terlebih dahulu perlu dilakukan seleksi atau pemilihan terhadap
burung-burung ini, terutama apabila jumlah yang dimiliki cukup banyak.
Tetapi apabila burung yang ada jumlahnya terbatas, maka seleksi semacam
tidak perlu dilakukan. Seleksi ini dimaksudkan agar memperoleh pasangan
calon induk yang memenuhi syarat, yang diharapkan dapat menghasilkan
keturunan yang bermutu dan memuaskan.
Calon untuk Induk Penangkaran
Burung yang disiapkan untuk keperluan penangkaran harus memiliki semua kriteria
sebagai calon induk. Kriteria tersebut antara lain:
1. Mutu dan kualitas burung harus baik; memiliki mental yang bagus;
suara kicaunya bagus, nadanya bagus, volumenya bagus, iramanya bagus,
jarak jangkaunya jauh, dan bersih atau kristal.
2. Fisik sempurna, dalam arti tidak cacat.
3. Sehat, dalam arti tidak sakit-sakitan.
4. Baik pejantan maupun betinanya sudah siap kawin.
5. Mau dan dapat ditangkarkan dalam arti mampu kawin secara normal
6. Dari keturunan yang baik dan mempunyai keturunan yang baik pula (tidak cacat, rajin, dan sayang mengasuh anaknya)
Kunci keberhasilan penangkaran
Keberhasilan penangkaran sangat ditentukan oleh sangkar atau kandang
yang digunakan cocok atau tidak. Sangkar atau kandang penangkaran adalah
sangkar atau kandang yang diperuntukkan sebagai tempat menangkarkan
atau mengembangbiakkan pasangan burung Cucak Rawa yang telah siap dan
memenuhi kriteria untuk dijodohkan. Oleh sebab itu, harus dibedakan
antara sangkar untuk pemeliharaan atau kurungan dengan sangkar untuk
penangkaran.sangkar untuk penangkaran lebih tepat disebut kandang.
Selain ukuran yang jauh lebih luas, kandang juga memerlukan berbagai
peralatan yang dapat mendukung serta membantu usaha penangkaran.
Agar sesuai dengan habitat dan kehidupan aslinya di alam bebas, atau
setidak tidaknya mendekati, maka kandang penangkaran ini harus memenuhi
beberapa persyaratan antara lain:
Lokasinya cocok dan strategis.
- Cocok: artinya banyak faktor pendukung yang memperlancar usaha
penangkaran, antara lain cukup mudah mendapat air dan makanan; tersedia
listrik sebagai pemanas dan penerangan, lingkungan tidak terlalu dekat
dengan keramaian yang mengganggu, kecuali kicau burung. Selain itu, ada
tempat untuk membuang sampah atau kotoran, serta jauh dari binatang yang
dapat mengganggu suasana penangkaran.
- Strategis: lokasi
penangkaran mudah dikenal dan dijangkau para penggemar, dekat dengan
jalan serta transportasinya mudah. Kalau mungkin tidak berada dalam kota
dan lebih baik lagi bila berlatar belakang pegunungan yang masih
menyerupai hutan. Hal ini akan sangat mendukung keindahan suasana
penangkaran. Karena, selain hasil yang akan diharapkan, kombinasi antara
alam yang indah dan kicauan burung yang akan memberikan kenikmatan
tersendiri. Tersedianya tenaga, bahan, dan sarana penunjang lainnya
perlu pula dipertimbangkan, karena hal ini akan membawa kemudahan serta
mendukung perkembangan penangkaran.
Konstruksi bangunan memenuhi syarat dan bentuk memadai.
Kandang penangkaran yang baik dan cocok adalah kandang yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Bahan kerangka dari kayu yang kuat, tidak mudah lapuk, dan tahan lama .
2. Lantai dasar terbuat dari batu kali, batu apung, kerikil pasir dan
tanah atau lumpur. Komposisi ini menyerupai kehidupan asli di hutan
sehingga memenuhi kebutuhan dan sarana merawat diri bagi burung.
Misalnya batu apung untuk mengasah paruh, pasir sebagai tempat mandi
debu dan lain sebagainya.
3. Kolam atau rawa buatan dibuat dari
semen dan batu alam yang dibentuk sealami mungkin agar tampak luas
sehingga burung akan merasa senang, betah dan merasa gembira Dengan
kandang yang ideal, yaitu panjang 3m, lebar 2m dan tinggi 3m yang
umumnya dilengkapi dengan pohon perdu serta tempat mandi yang cukup
membuat burung Cucak Rawa merasa nyaman.
Berikut ini saya
sajikan gambaran kasar kandang penangkaran. Model kandang penangkaran
ini bisa digunakan untuk kandang berbagai macam burung, tinggal
disesuaikan ukurannya. Tetapi sesungguhnya kandang penangkaran tidak ada
yang ideal sebab semuanya diawali dengan kondisi yang ada saja. Bisa
jadi Andapunya bekas kamar mandi, kamar kost-kostan dsb yang bisa
disulap jadi kandang penangkaran. Yang penting, sirkulasi udara cukup
dan syukur-syukur bila mendapat sinar matahari pagi.
Panjang x lebar x tinggi: 90x90x180
Bahan
Batas samping kanan-kiri dan belakang = dinding/ tembok atau papan yang tahan lama dsb.
Atas = bagian yang tertutup bisa langsung di atasnya adalah genting dengan semua bagian kandang sudah tertutup kawat strimin.
Tangkringan = kayu asem, kayu jati serutan dll yang penting keras, dengan diameter sekitar 2 – 3 cm.
Papan tempat pakan (F) kayu yang kuat.
Rangka dari Kayu atau bahan yang tahan lama
wadah sarang alternatif yang juga disukai cucar rowo (CR) yang terbuat
dari kelapa tua yang dibelah jadi dua dan diambil dagungnya dan
tempurungnya, seperti di bawah ini:
Keberhasilan penangkaran burung Cucak Rawa sangat ditentukan oleh
pasangan baru yang akan ditangkarkan sebagai calon induk. Untuk
menentukan induk yang baik, faktor-faktor berikut ini harus
diperhatikan, yakni:
Burung yang
akan ditangkarkan sebaiknya telah benar-benar diseleksi kualitasnya,
yang meliputi mutu suara atau kicau, mental dan jiwanya, keutuhan fisik
serta daerah asal (peringkat teratas saat ini adalah Cucak Rawa yang
berasal dari Sumatera).
Umur burung yang
akan ditangkarkan sangat menentukan kualitas piyik atau anakan yang
dihasilkan. Anak atau piyik dari induk yang terlalu muda selain kondisi
fisiknya lemah, juga kicau atau suaranya akan kurang keras atau bantas.
Kemungkinan lain adalah induk muda ini kurang atau belum mampu merawat
anaknya dengan baik, sehingga kemungkinan mati di saat kecil sangatlah
besar. Sebaliknya, induk yang umurnya terlalu tua selain sudah kurang
produktif, telur yang dierami kemungkinan tidak dapat menetas. Kalaupun
dapat menetas anaknya kurang sehat atau bahkan mati,
Umur yang
baik bagi penangkaran burung Cucak Rawa adalah 2 tahun bagi pejantan dan
1,5 tahun bagi betina, sebab pada umur tersebut Cucak Rawa telah
mencapai dewasa kelamin. Apabila induk burung yang ditangkarkan berasal
dari satu keturunan (dari induk yang sama), penangkaran dapat dimulai
pada umur 1,5-2 tahun.
Satu induk
yang sama, yakni dari satu tetasan yang pada umumnya terdiri atas
jantan dan betina.Keuntungan pasangan dari induk yang sama ini adalah
lebih mudah menjodohkannya
serta mudah pula menentukan jantan dan
betinanya, karena mereka telah berpasangan sejak menetas. Kelemahannya
adalah, keturunannya tidak mungkin menghasilkan kombinasi suara lain
karena berasal dari satu darah atau satu garis keturunan.
Sering
terjadi, karena ketidaktahuan penangkar, burung yang dijodohkan adalah
pasangan yang terdiri atas jantan semua atau betina semua. Hal ini
sering dialami oleh penangkar pemula. Walaupun burung yang dijodohkan
adalah betina semua, dapat bertelur. Hal ini mungkin terjadi bila gizi
yang diperlukan oleh burung tercukupi. Penentuan jenis kelamin sangat
menentukan keberhasilan penangkaran, sebab bila sampai salah,
penangkaran akan mengalami kegagalan. Untuk menentukan jenis kelamin ini
telah duraikan di atas secara rinci.
Burung
yang telah ditentukan jenis kelaminnya belum menjamin pasangan ini
dapat akur atau jodoh dan dapat menghasilkan telur atau keturunan.
Burung jantan dan betina yang disatukan dalam sangkar belum pasti cocok,
mereka dapat saling menyerang, dan mungkin pula si jantan kalah oleh
betinanya. Dalam hal semacam ini, pasangan burung ini harus segera
dipisahkan agar tidak mengalami kerusakan bahkan dapat mengakibatkan
matinya salah satu burung.
Burung yang
disiapkan untuk induk, hendaknya betul-betul telah diseleksi
kesehatannya, baik kesehatan fisik maupun mentalnya lebih-lebih pada
burung yang cacat. Burung yang kurang sehat atau tidak fit tidak mungkin
menghasilkan anakan yang yang baik seperti yang diharapkan.bila burung
yang dijodohkan ini sakit, akibatnya akan lebih fatal. Oleh karena itu,
burung yang dijodohkan harus selalu dijaga kesehatannya melalui
perawatan, pemberian makan yang baik serta kebersihan kandangnya. Selain
umur prodiktifnya panjang, kesehatan burung juga akan menghasilkan
keturunan yang baik dan memuaskan
Pentingnya Kemurnian Suara Cucak Rawa
Dengan kata lain, Cucak Rawa yang memiliki citarasa yang baik adalah Cucak Rawa yang memiliki orisinalitas suara/kemurnian suaranya terjaga dengan baik.
Salah satu enyebab suara Cucak Rawa kurang berkualitas lebih dipengaruhi perawatan serta perlakuan yang kurang baik. Walau tidak sepenuhnya benar, dan tidak sepenuhnya pula bisa berhasil, Cucak Rawa yang memiliki suara kurang baik masih dapat diperbaiki.
Pada burung-burung berkicau jenis yang lain, suara variasi dari hasil memaster/manyadur suara dari burung-burung yang lainlah yang menjadi andalan. Bahkan untuk menaikkan kualitas suaranya, mereka dimaster dengan menggunakan suara-suara yang tajam (mbeset) yang bertujuan untuk mengungguli burung lain sejenisnya manakala dikonteskan. Ambilah satu contoh Murai batu, variasi suaranya lebih dari 10macam dan itupun masih bisa dimaster lagi dengan suara burung lain agar suaranya menjadi lebih dahsyat.
Hal tersebut diatas sangat bertolak belakang dengan Cucak Rawa, karena Pada dasarnya, suara kicauan Cucak Rawa yang baik adalah suara murni Cucak Rawa itu sendiri yang jelas-jelas kurang memiliki variasi, serta vokalnyapun kurang jelas (seperti berkumur-kumur)
Bilaman akita perhatikan, suara Cucak Rawa bila diistilahkan sebagai suatu kosakata, suara Cucak Rawa hanya terdiri dari suara tlang-tang-tling-tlung-tung dan hanya memiliki kisaran 5 variasi saja.
Terkontaminasinya suara cucakrawa dengan suara lain maupun kicauan burung lain yang ditirunya dapat menyebabkan kurangnya minat calon pembeli yang benar-benar mengerti akan Cucak Rawa yang secara otomatis pula akan menjatuhkan kharismanya sekaligus nilai jualnya. Langkah antisipatifnya adalah dengan menjauhkan/menghindarkannya dari kicauan maupun suara-suara yang kurang baik. Untuk kita pahami bersama, Cucak Rawa tergolong pandai walaupun tidak secerdas burung yang lainnya. Kan tetapi, bila terlalu sering mendengarkan suara tertentu, maka Cucak Rawa dapat menyuarakannya ulang dengan baik sesuai bunyi aslinya. Adaun suara yang harus dihindari adalah suara yang bertype volume besar, berat, namun disuarakan dengan lembut/mengalun. Seperti suara poksai, perkutut, murai batu, ayam, ****** serta beberapa bunyi seperti terompet, balon dan klakson mobil.
Memelihara Cucak Rawa tampaknya jauh lebih mudah, selain kita tidak membutuhkan masteran burung lain (karena hal tersebut memang tidak diperbolehkan) namun pada kenyataannya tidaklah semudah itu untuk membentuk dan menemukan ataupun memiliki Cucak Rawa yang suaranya berkualitas. Hal ini disebabkan karena syarat-syarat suara Cucak Rawa yang berkualitas selain tidak terkontaminasi oleh suara yang lain, suara Cucak Rawa yang berkualitas adalah bilamana seekor burung Cucak Rawa dapat melantunkan suaranya secara baik, kemudian dapat mengulanginya dalam tempo yang tinggi/cepat dan terus berulang, serta menyuarakannya dengan lantang, keras dan lepas seperti manakala dia berada di alam bebas.
Kesimpulan yang bisa kita tarik dari tulisan diatas bahwa untuk memiliki Cucak Rawa yang berkualitas maka *mempertahankan kemurnian suara Cucak Rawa adalah suatu keharusan*. Kemurnian suara ini bertujuan agar kita sebagai para penggemar suara Cucak Rawa setiap kali mendengarkan suara kicauannya, karena gema suaranya, seakan kita merasa ditengah-tengah hutan rimba, terkadang pula, kicauan Cucak Rawa yang bergulung-gulung bisa diibaratkan seperti deru suara aliran air yang deras. Patut diakui, bahwa dengan mendengarkan kicauan suara Cucak Rawa memang dapat memberikan kesejukan tersendiri di dalam hati para pendengarnya.
Untung Besar dengan Ternak Cucak Rawa
Untuk menjadi seorang peternak atau penangkar burung cucakrawa memang tidak mudah, butuh ketekunan dan semangat juang yang tinggi. Tetapi bila berhasil keuntungan jutaan rupiah sudah menanti. Disini akan kami beri gambaran secara ringkas kalkulasi biaya dan estimasi hasil. Hasil kalkulasi ini berdasarkan harga burung cucakrawa sekarang. Anakan cucakrawa dijual bila sudah berumur 3 bulan dan sudah bisa makan sendiri. Sedangkan indukan sudah berumur 2 th sehingga sudah betul betul siap produksi (jebol kandang) dengan klarifikasi kwalitas standart bukan istimewa atau ropel.
Kalkulasi biaya beternak burung cucakrawa selama 1 tahun :
1. Pembuatan kandang 3x2x3 meter Rp 2.000.000,00
2. Pembelian Induk siap diternak Rp 10.000.000,00
3. Pakan tiap bulan @ 50.000,00 Rp 600.000,00
4. Lain-lain Rp 500.000,00
Total............................................. .................Rp 13.100.000,00
Estimasi hasil selama 1 tahun bila dibiarkan alami( diasuh induk ) :
Induk menghasilkan anak 3 bulan sekali @ sepasang Rp 3.500.000,00
4 x 3.500.000,- Rp 14.000.000,00
Modal sudah kembali + laba ................................... RP 900.000,00
Estimasi hasil selama 1 tahun bila dirawat sendiri ( penangkar ) :
Induk menghasilkan anak 1 bulan sekali @ sepasang Rp 3.500.000,0
12 x3.500.000,- Rp 42.000.000,00
Dikurangi upah pegawai@ 300.000,- Rp 3.600.000,00
Modal sudah kembali + laba ..................................Rp 25.300.000,00
Semua itu gambaran betapa besar usaha sampingan kita perbulan dengan hanya mempunyai satu kandang penangkaran.Tetapi semua tidak semudah yang kita bayangkan perlu ketekunan dan kemauan untuk terus belajar.
Selamat mencoba dan semoga sukses.
Rabu, 23 Januari 2013
Selamat Datang
Selamat datang di blog Cucak Rawa.
Kami menjual cucak rawa hasil ternak dan tangkapan hutan.
Terima kasih telah mampir di blog kami.
Hormat saya,
Pengelola blog Cucak Rawa
Kami menjual cucak rawa hasil ternak dan tangkapan hutan.
Terima kasih telah mampir di blog kami.
Hormat saya,
Pengelola blog Cucak Rawa
Langganan:
Postingan (Atom)